Friday, January 15, 2010

Tentang Green Canyon

Penasaran dengan cerita orang-orang tentang Green Canyon, saya memutuskan untuk pergi kesana dengan menggunakan mobil pribadi. Lokasinya berada di daerah pantai selatan, sekitar 30 menit berkendara dari pantai Pangandaran. Rute yang saya tempuh adalah Bekasi-Cikampek-Banjar-Pangandaran, berangkat jam 6 sore dan tiba jam 12 malam. Tips saya, jangan langsung ikuti petunjuk kanan kearah Pangandaran karena jalannya relatif rusak dan kecil... belok kanan dengan patokan pom bensin di kiri jalan.

Sampai di Pangandaran, saya terkejut dengan perkembangan infrastrukturnya. Di sisi pantai, pedagang kaki lima dirapikan, sudah mulai ada tanaman peneduh, dan ada batas tepi pantai. Di sisi seberangnya, banyak penginapan sudah mulai menata diri dengan merubah tampak luarnya. Walau terlihat sepi dari luar, tapi sebagian besar hotel dan hostel tepi pantai sudah occupied. Saya menginap di losmen seharga Rp 250.000 berfasilitas AC, dispenser, TV, dua buah single bed, dan kamar mandi dalam.

Paginya kami berangkat ke tepi pantai. Kecewa dengan suasananya yang sangat padat, kami langsung menuju Green Canyon yang terletak di sungai Cijulang. Tips saya lagi, sebaiknya berangkat sekitar jam 7 pagi supaya bisa santai dan sarapan di kedai dalam pelataran parkir dermaga Cijulang karena makanannya lumayan sedap dan tidak semahal di Pangandaran. Terlambat sedikit saja maka rombongan tur akan dengan bangga menyalip sehingga anda harus antre untuk mendapatkan perahu. Pangandaran - Green Canyon berjarak 31 km.

Di dermaga Cijulang, tiket naik perahu harus dibeli seharga Rp 75.000 untuk satu perahu dengan maksimum penumpang 6 orang lengkap dengan guide dan pelampung.Untuk bisa berenang menuju air terjun di bagian dalam canyon, harus rela membayar ekstra ke guidenya. Awalnya si-guide patok harga RP 250.000 untuk rombongan satu perahu, tapi kami hanya bayar Rp 75.000 setelah tawar menawar yang cukup alot.

Green Canyon adalah nama pemberian turis asal Perancis yang datang tahun 1993, nama aslinya adalah Cukang Taneuh (jembatan tanah) karena memang jembatan itu terbuat secara alami dari tanah dan masih sering digunakan oleh petani sekitar untuk menuju ke ladang pertanian mereka tiap harinya.

Perjalanan via perahu ke site cuma sekitar 15 menit. Sesampainya disana saya tak berhenti terkagum... benar-benar indah!! Awalnya kita disambut oleh goa stalaktit dan stalakmit, sisa pemandangan lainnya lebih terlihat bila kita berenang lebih ke dalam.

Setelah masuk ke dalam, kami disambut oleh gemercik air yang jatuh dari sepanjang tebing, pemandangan ini disebut hujan abadi karena memang tak berhenti mengalir sepanjang tahunnya. Lanjutkan renang kearah dalam maka kita bisa menikmati site untuk terjun bebas dengan ketinggian 4m dari permukaan air, site itu bisa kita naiki dengan memanjat menggunakan tangan kosong ditepi tebing. "Sebagian nyawa seperti hilang waktu kita terjun dari atas" kata si pemandu.. bener juga, badan langsung segar rasanya waktu terjun dan jatuh ke air yang super dingin itu. Terus susuri tepian air untuk bisa masuk lebih dalam, dimana kita bisa berendam di natural bath tub diatas tebing. Site itu disebut pemandian bidadari karena mitosnya air yang tergenang disitu bisa membuat pencicipnya awet muda. Bila beruntung, kita bisa lanjutkan perjalanan ke air terjun yang indah dipusat Green Canyon. Sayangnya site ini susah dicapai pada musim hujan karena derasnya aliran air di Canyon.Perjalanan kembali ke perahu sangat mudah. Kita hanya perlu terlentang untuk mengikuti jalannya arus air hingga kembali ke mulut goa.

I guarantee, this short trip will last your whole life!! Pemandangan yang well preserved, relatively cheap accommodation, and rather well managed tour is makes quite a bargain trip. Sudah tak sabar mau kembali.... gimana?? Ada yang tergoda??
blog comments powered by Disqus